Menjadi ASN Internasional

Muhammad Sulton Aminudin, S.Kom, M.M
Widyaiswara UPT Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur

Event webinar ASN Internasional adalah event yang paling menarik yang pernah saya ikuti selama bulan oktober ini. Acara ini adalah persembahan dari Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2021 secara daring. Acara yang dibuka oleh sambutan Kepala BPSDM ESDM Bapak Prahoro Yulijanto Nurtjahyo, menghadirkan pembicara dari private sector dan birokrat internasional.

Salah satu pembicaranya adalah Bapak Aloysius Budi, Chief of HCD Astra International. Beliau menyampaikan bahwa saat ini organisasi dapat melakukan inovasi dengan lebih mudah terutama pada saat masa pandemic ini dibandingkan masa-masa sebelumnya. Menurutnya terdapat empat tren manajemen secara makro, yaitu masyarakat yang semakin terkoneksi, biaya transaksi yang lebih rendah, pergeseran fundamental kehidupan sosial, dan automatisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka pemerintahan diharapkan dapat menjadi lembaga yang siap secara struktur untuk lebih sesuai, lebih cepat, dan jauh lebih baik dalam menggali potensi dan nilai dari lembaganya.

Dalam pemaparannya Bapak Aloysius menambahkan, ASN sebagai pelayan publik dapat melakukan beberapa hal berikut yaitu: 1. Menempatkan tujuan dan masyarakat sebagai pusat pelayanan pemerintahan 2. Re-organisasi dan strategi pengorganisasian, 3. Mengarahkan mindset inovasi kepada pemimpin Lembaga, 4. Menemukenali fungsi dari SDM. Sehingga dengan ini semua, diharapkan birokrat kita sudah tidak lagi melayani pejabat, tetapi melayani rakyat.

Menurut penulis, pemaparan yang paling menarik adalah success story dari perwakilan birokrat dari Singapura, Ms. Puay Sze Lim, yang merupakan direktur pengembangan kepemimpinan dan hubungan internasional, Div. Prime Ministers Office. Beliau menyampaikan beberapa hal yang dilakukan pemerintahan Singapura dalam membangun organisasi yang adaptif yang sesuai dengan era digital dan VUCA. Dengan jumlah pegawai 153 ribu orang, pemerintahan berhasil mengakselerasi perubahan dalam tubuh birokrasi, terlebih didorong juga oleh pandemi Covid-19.

Konsepnya adalah menjadikan masyarakat dan pelaku usaha sebagai central dari kegiatan-kegiatan perubahan yang dirangkum dalam 3W. Our Work, our Workforce, dan our Workplace atau tugas kami, pegawai kami dan tempat kerja kami.

  1. Our work. Merubah bagaimana birokrat bekerja, dengan memperbaiki layanan-layanan yang sering digunakan masyarakat, dipadukan menjadi satu kesatuan system ‘Life SG’. Sehingga masyarakat cukup mendatangi satu system untuk keperluan izin pernikahan, kelahiran, sekolah, dan lain-lain. Mengintegraasikan lebih dari 240 layanan dari 15 lembaga menjadi Public service Center, telah meningkatkan kepuasan masyarakat menjadi 97% kepada layanan pemerintahan. Tidak sampai disitu, birokrat bukan hanya bekerja untuk masyarakat, tetapi juga bekerja Bersama masyarakat dan dunia usaha, seperti saat pengantaran makanan bagi warga yang sedang isolasi karena covid.
  2. Our workforce. Nilai yang ingin dikembangkan dalam pelayanan public Singapura adalah Integritas, Melayani, dan Unggul. Dengan menumbuhkan kemampuan baru bagi pegawai, memperdalam kapabilitas pegawai, pengembangan pemimpin-pemimpin, dan pemanfaatan Blended Learniing. Kemampuan baru bagi pegawai dilakukan dengan Jalan melakukan perencanaan strategis pegawai dengan jelas, melakukan rotasi struktur pekerjaan-dengan moto “satu karir, banyak pengalaman”, dan melakukan career coaching.
    Dengan memperdalam kapabilitas, pemerintahan singapura menciptakan kepemimpinan fungsional pada beberapa bidang seperti, bidang pelayanan, ICT, hubungan masyarakat, dan pengembangan manusia. Dengan tujuan dan fungsi, manajemen resiko, mengarahkan keunggulan secara organisasional, mengarahkan keunggulan pegawai, dan menguasai peraturan pembagian data dan system IT.
    Untuk mengembangkan pemimpin, mestilah dapat menjadi pribadi yang berani mengambil risiko, lentur terhadap perubahan, memiliki sifat ingin tahu, berani, serta mampu memotivasi dan mempengaruhi tim. Sehingga diharapkan dapat memimpin Lembaga, berkolaborasi, bekerja diluar Lembaga, dan menjaga keunggulan lembaga. Orientasinya adalah agar para pemimpin dapat menjadi anggota tim yang efektif dengan menerapkan pola kepemimpinan kolektif, mampu mengendalikan tranformasi dan perubahan, mengelola Lembaga saat ini, dan mengelola tantangan dari luar lembaga.
    Pemerintahan Singapura juga menerapkan langkah mensinergikan tujuan dan tindakan kepemimpinan, melalui kegiatan seperti Senior Leadership Forum, Learning Circles, dan kunjungan tahunan ke Lembaga-lembaga public lainnya. Selain itu penerapan blended learning yang dilakukan seperti penggunaan one-stop digital leaning platform ‘Learn’, yang mengedepankan pembelajaran mandiri memungkinkan secara analitis mengidentifikasi dan memperkirakan kebutuhan pembelajar.
  3. Our workplace, mengedepankan konsep Digital-to-the-Core. Selain memanfaatkan penerapan jaringan kantor satelit,  cara kerja Hybrid, seperti WFO dan WFH membuat pemerintahan Singapura dapat melakukan pelatihan, pelayanan pegawai, kolaborasi, dan peningkatan peran serta pegawai menjadi lebih efektif.  

Dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan 3W, our Work dapat mematahkan perbedaan, menetapkan masyarakat dan pelaku usaha sebagai tugas utama pelayanan, dan meningkatkan kerjasama dalam melakukan ‘pelayanan bersama’ antara masyarakat dan pelaku usaha. Our workforce dapat merubah mindset serta menciptakan dan memperdalam kemampuan dan keahlian pegawai. Our workplace dapat membuat lokasi kerja yang berpusat pada pekerja, dan terdigitalisasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.