99 STRATEGI BRANDING DI ERA 4.0: KUPAS TUNTAS METODE JITU MEMBANGUN CITRA BAIK, MEYAKINKAN PELANGGAN, DAN MEMBANGUN KESADARAN

PenulisMohammad Ainurofiqin
PenerbitQuadrant Yogyakarta
Tanggal terbit2021
Jumlah halaman334 halaman
Reviewer1. Setiawan Anom Pribadi, ST.,MM.
2. Dwi Wijatiningsih, S.Hum
Tanggal Review23 Mei 2022
Tujuan Penulisan :

Buku ini membahas tentang dasar branding, proses branding, transformasi branding, strategi branding di era disrupsi dan strategi branding perusahaan dengan merek besar. Maksud dan fokus pembahasannya adalah membangun branding yang tepat dan efektif di era disrupsi. Tujuan penulisan buku ini agar pembaca terutama pelaku usaha bisa mendapatkan perspektif baru strategi branding dan menjadikannya inspirasi dalam mengembangkan bisnis.
Ringkasan :

Masih banyak masyarakat yang menganggap antara Branding dan Marketing adalah sama. Tetapi pada dasarnya keduanya sangat berbeda. Branding membutuhkan marketing tetapi marketing belum tentu membutuhkan branding. Marketing dapat berkontribusi pada branding, tetapi branding lebih besar daripada usaha marketing itu sendiri.Marketing bisa dilakukan secara cepat sedangkan branding (membangun sebuah merek) butuh waktu yang lama. Branding harus menjadi seuatu yang dipercaya, disukai, berbeda dan khas. Dan dapat membuat merek menjadi mahal, prestisius, dan sangat bernilai.
Revolusi Industri 4.0 mendorong terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bahasa Inggris Disruption artinya gangguan, kekacauan atau masalah yang mengganggu. Secara praktis diartikan , disrupsi adalah bewntuk perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan Internet of Things (IoT). Contohnya adalah perubahan media cetak menjadi media online, ojek menjadi ojek online, mal dan pasar diganti menjadi toko online dan sebagainya.
Revolusi Industri 4.0 mengancam perusahaan-perusahaan besar dimana disrupsi teknologi hadir begitu cepat dan banyak yang telah tumbang karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan zaman yang terus berubah. Perusahaan yang survive hanya mereka yang dapat berinovasi dan membentuk model bisnis dengan cara-cara baru, termasuk dalam strategi branding. Model industri di era disrupsi ini menggunakan kombinasi teknologi terbaru seperti teknologi informasi dan komunikasi, sistem jaringan, Internet of Things, Big Data, Cloud Computing, virtualisasi dan lain-lain. Digitalisasi branding menjanjikan kemudahan, efektivitas dan efisiensi. Persaingan semakin ketat. Dengan digitalisasi branding bisnis yang dibangun akan relevan terhadap perkembangan zaman.
Di masa depan peran branding sangat penting. Sebab aplikasi dunia branding tidak hanya melalui media sosial, situs web dan aplikasi smartphone saja, tetapi melibatkan teknologi terbaru seperti heat mapping, beacons, mixid reality, internet of emotions dan lain-lain. Branding masa depan menggunakan teknologi pemetaan yang dapat mengetahui lokasi mana yang paling diminati konsumen. Sehingga pebisnis dengan mudah mengirim materi branding yang disukai konsumen dan dapat memperoleh konsumen yang sesuai dengan produk dan layanannya. Teknologi masa depan dapat mengetahui toko mana yang paling banyak dikunjungi konsumen dan barang apa saja yang paling banyak dibeli/disukai konsumen. Alhasil perusahaan dapat mendistribusikan materi promosi yanag cocok kepada konsumen sehingga sangat sesuai dengan apa yang dibutuhkan konsumen. Menurut Luiz Moutinho konsumen ingin selalu berinteraksi dengan brand sehingga dalam startegi merek harus mampu beralih dari 4P (product, price, place, promotion) menjadi 4E (engagement, experience, exclusivity, emotions). Dengan formula ini sebuah brand akan terlihat paling depan, hebat dan dekat.
Strategi branding di era teknologi digital tidak berjalan pasif dalam mengikuti tren, namun harus mampu menciptakan tren baru. Pebisnis tidak hanya dituntut berfikir “out of the box” tapi juga berfikit “without the box”.  Untuk memperoleh lompatan finansial atau agar bisnis berkembang hebat Anda harus mampu berfikir “liar” dan berbeda sama sekali. Beberapa formula untuk menciptakan tren terbaru antara lai sebagai berikut :
1. Menyebarkan virus
Dalam menyebarkan virus harus mencari seseorang atau kelompok yang berpengaruh untuk menyebarkan virus. Orang yang berpengaruh diminta untuk testimoni dan mengulas produk yang akan diviralkan di media sosial.
2. Menjadi berbeda
Menjadi berbeda menjadi syarat mutlak untuk bisa menciptakan tren di era disrupsi. Anda harus benar-benar berbeda dari produk sebelumnya sehingga dapat memenangkan hati pelanggan.
3. Menguasai media.
Optimalisasi media branding wajib dilakukan. Dengan dilakukan secara konsisten dan berulang-ulang akan dapat menguasai persepsi orang-orang terhadap merek Anda.
Search Engine Optimization (SEO) dapat membangun merek menjadi kuat secara daring dan meningkatkan visibilitas pencarian situ web dari merek. Tjuan SEO menempatkan sebuah situs web pada posisi teratas, setidaknya halaman pertama dari hasil pencarian dari kata kunci yang dimasukkan. Berikut mengapa  SEO meningkatkan branding :
a. Menjawab tentang siapa , apa, mengapa dan bagaimana
b. Mendefinisikan identitas Anda
c. Membangun link building.
Google Adwords adalah sebuah strategi pemasaran periklanan baru yang menggunakan mesin pencarian Google sebagai saran beriklan, yang biasa disebut dengan search engine marketingf atau pemasaran berbasis mensin pencari.
Kesimpulan :
 

Dalam membangun sebuah usaha orang perlu memiliki sebuah brand. Dan apabila hendak membanguna sebuah brand yang kuat dan top of mind maka harus dapat memanfaatkan setiap peluang untuk menjawab pertanyaan tersebut.
 
Kelebihan buku :
Buku ini mengupas tuntas mengenai pokok-pokok branding yang meliputi dasar-dasar pembuatan branding, proses membangun branding, transformasi perubahan branding, menyusun strategi bagaimana membangun branding di era disrupsi dan strategi branding perusahaaan-perusahaan bermerek besar. Dengan buku ini akan menjadi semakin faham dan belajar banyak tentang bagaimana membangun branding dengan tepat dan efektif pada era disrupsi. Selain itu buku ini juga menampilkan studi kasus yang terjadi di beberapa perusahaan besar. Selain itu buku ini membantu pembaca dalam mebuka dan mendapatkan perspektif baru mengenai strategi branding dan menjadikannya inspirasi dalam mengembangkan bisnis.
Buku ini disusun dengan poin-poin yang runtut, logis, dan lebih mendalam. Sehingga para pembaca merasa nyaman saat menikmati dalam membaca buku ini. Materi tentang branding cukup komprehensif dan representatif disuguhdalam bahasa yang cukup sederhana sehingga mudah dimengerti oleh semua kelengan masyarakat.
 
Kekurangan buku :
Kelemahan atau kekurangan dari buku ini adalah kurangnya menampilkan atau menjelaskan bagaimana branding di masa sebelum era disrupsi atau konvensional. Dan tidak adanya perbanding secara lanagsung mengenai perbedaan dalam membangun branding dan strategi branding di era sebelum disrupsi dan era disrupsi. Sehingga dengan adanya perbandingan langsung dan disertai dengan kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan strategi branding sebelum era disrupsi maupun barnding di era disrupsi maka pembahasan topik ini menjadi akan semakin tajam dan komprehensif. Dan satu lagi buku ini tidak ditampilkan adanya kesimpulan mengenai pembahasan topik yang telah diangkat dalam buku ini. Sehingga pembaca tidak dapat resuma dan kesimpulan dari topik bahasan.
Daftar Pustaka :

1. Abidin, F. (2015) Membangun Brand Ala Starbucks Indonesia
2. Adam, S. Dan N. Morioka. (2014) Logo Design Workbook
3. Adiwaluyo, E. (2017). Honda Motor : Kualitas Layanan Membuat Brand Diadvokasi
4. Ananta, F. (2017). Penggunaan Bahasa Dalam Brand untuk Meningkatkan Brand Recall.
5. Anggraeni, K. (2015). Analisis Interaksionisme Simbolik pada Praktek Branding Rumah Sakit Universitas Airlangga.
6. Anggrianto, C.N. Shaari. Dan N.B.A. Hamid. (2017). Pengelolaan Strategi Branding Apple Inc. Untuk Menciptakan Loyalitas Konsumen.
7. Antariksa, C. (2017) Kenapa Layanan Online Travel Traveloka Makin Melesat.
8. Anthony. (2017). Analisis Brand EquitySmartphone Xiaomi Berdasarkan kosep Customer Based Equity

Leave a Reply

Your email address will not be published.